TUGAS KELOMPOK
SOFTSKILL
Fidelia
Savira Zahra 13113438
Igantius Dayu
Dwi Budi Christyawan 14113216
Fajar Syaiful 13113170
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi
Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatans ehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah “Softskill”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
softskill di program studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer pada
Universitas Gunadarma. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu selaku dosen mata kuliah softskill dan kepada segenap
pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah
ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
Kata
Pengantar.........................................................................................................1
Daftar
Isi...................................................................................................................2
Bab I :
Pendahuluan…………..................................................................................................3
Bab II :
Latar Belakang.......................................................................................................4-5
Bab III :
Cara
Penyelesaian.................................................................................................7-9
Bab IV :
Studi
Kasus……………….........................................................................................10-11
Bab v :
Kesimpulan dan Saran………………………………………………………………………………………..12
Daftar Pustaka.........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Syria (Suriah) merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang
mulai diperhitungkan keberadaananya pada era pasca Perang Teluk. Hal ini bukan
tidak mungkin karena ada anggapan bahwa perdamaian di Timur Tengah tidak akan
pernah tercapai tanpa campur tangan Suriah. Jika dilihat ke belakang Suriah
dahulu merupakan negara yang mempunyai banyak wilayah yang mencakup seluruh
negara yang berada di Timur Mediterania antara lain : Yordania, Lebanon,
Israel, dan Propinsi Turki Hatay tetapi akibat imperialis Eropa menyebabkan
Suriah kehilangan wilayahnya Yordania dan Israel dipisahkan dengan berada di
bawah mandat Inggris. Lebanon diambil untuk melindungi minoritas kristennya dan
Hatay dikembalikan kepada Turki demi pertimbangan politik untuk Perancis.
Perancis dengan politik devide et
imperanya berhasil membagi suriah sendiri menjadi empat wilayah antara lain:
Damascus, Lebanon Raya, Allepo dan Lantakia. Tahun 1925 Damascus dan Allepo
dikembalikan kepada Suriah.
Prancis pada tanggal 28 September 1941 memberikan kemerdekaan kepada Suriah,
dan diikuti dengan proklamasi kemerdekaan bagi Lebanon pada 26 November 1941.
BAB II
LATAR BELAKANG
II.1. Latar Belakang
Konflik suriah (Konflik Internal)
adalah segilintiran definisi yang menafsirkan keadaan sekarang di negara Syiria
(Suriah). Dan Juga ada yang mengutarakan Konflik di
suriah adalah konflik Ideologis.
Pemberontakan Suriah terjadi
2011-2012 adalah sebuah konflik kekerasan internal yang sedang berlangsung
di Suriah.
Ini adalah bagian dari Musim Semi Arab yang lebih luas, gelombang
pergolakan di seluruh Dunia Arab. Demonstrasi publik dimulai pada tanggal 26
Januari 2011, dan berkembang menjadi pemberontakan nasional. Para pengunjuk
rasa menuntut pengunduran diri Presiden Bashar al-Assad, penggulingan
pemerintahannya, dan mengakhiri hampir lima dekade pemerintahan Partai Ba'ath.
Pemerintah Suriah dikerahkan Tentara Suriah untuk memadamkan pemberontakan
tersebut, dan beberapa kota yang terkepung. Menurut saksi, tentara yang menolak
untuk menembaki warga sipil dieksekusi oleh tentara Suriah. Pemerintah Suriah
membantah laporan pembelotan, dan menyalahkan "gerombolan bersenjata"
untuk menyebabkan masalah pada akhir 2011, warga sipil dan tentara pembelot dibentuk unit
pertempuran, yang dimulai kampanye pemberontakan melawan Tentara Suriah.
Para pemberontak bersatu di bawah
bendera Tentara Pembebasan Suriah dan berjuang dengan cara yang semakin
terorganisir, namun komponen sipil dari oposisi bersenjata tidak memiliki
kepemimpinan yang terorganisir. Pemberontakan memiliki nada sektarian, meskipun
tidak faksi dalam konflik tersebut telah dijelaskan sektarianisme sebagai
memainkan peran utama. Pihak oposisi didominasi oleh Muslim Sunni, sedangkan
angka pemerintah terkemuka adalah Alawit Muslim Syiah. Assad
dilaporkan didukung oleh Alawi.
Dapat di yakini publik
internasional terus mensoroti konflik negara suriah tersebut, dan menjadi
opini publik dari beberapa kalangan karena beberapa kali media terus
memberitakan keadaan genting di negara syria.
II.2. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari Latar belakang diatas,
penulis dapat merumuskan masalah dalam pembahasan makalah ini sebagai berikut :
1.
Membahas sebuah peristiwa yang terjadi di syria (Suriah).
2.
Penyebab terjadinya konflik syria.
3.
Studi Kasus ( Konflik Suriah adalah perang ideologis )
II.3. Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Hubungan
Internasional Di Timur Tengah, serta menambah
pengetahuan yang bermanfaat bagi para pembacanya.
BAB III
PEMBAHASAN
III.1.
Peristiwa
Perang
saudara Suriah yang pecah sejak Januari 2011, telah menelan ribuan nyawa tak
berdosa. Dari waktu ke waktu situasi di salah satu negara Arab itu terus
bereskalasi.Perang saudara di kawasan Timur
Tengah ini, cukup menyita perhatian dunia. Tercermin dari banyaknya pihak yang
terlibat disana. Ada Iran, Rusia, Amerika Serikat dan Israel serta tentu saja
PBB.Jika dipetakan secara umum, kekuatan di atas terbagi atas dua kekuatan
utama. Rezim yang berkuasa di Suriah, pimpinan Presiden Bashar Al-Assad,
didukung oleh Iran dan Rusia.Sementara kekuatan oposisi yang ingin menjatuhkan
Assad, didukung Amerika Serikat, Israel, sejumlah negara Eropa Barat, serta
beberapa negara Islam di Timur Tengah (Arab Saudi dan Qatar) serta negara Islam
dari Persia (Turki).
PBB juga terlibat atau melibatkan
diri dalam upaya mendamaikan perang saudara di Suriah. Tapi sebagaimana biasa,
keberpihakan PBB ke rezim yang berkuasa, justru lebih ke pihak Amerika Serikat
atau setidaknya terkesan setengah hati.Jatuh tidaknya Presiden Assad,
sesungguhnya tidak lagi menjadi isu utama. Sebab kalau Assad dikeroyok oleh berbagai
kekuatan, nasibnya dan negaranya kemungkinan besar akan sama dengan Muammar
Khadafy (Lybia) dan Ben Ali (Tunisia).Tetapi yang paling dikuatirkan, jika
perang saudara Suriah berlarut, konflik itu akan sama dengan persoalan
Palestina-Israel. Setengah abad pun tidak selesai. Bahkan bukan mustahil,
pecahannya akan lebih dahsyat dan dapat menganggu keseimbangan perdamaian
dunia. Sebab letak geografis Suriah sangat dekat dengan Palestina.Tanpa banyak
diulas, sesungguhnya dalam perspektif diplomasi, perang saudara Suriah memiliki
kesamaan dengan perang Palestina-Israel. Yang menimbulkan pertanyaan, kendati
terdapat kesamaan dan para diplomat kita tentang soal ini, tetapi langkah
diplomasi Indonesia, tidak terdengar sama sekali.
Demikian pula intelektual Indonesia
yang paham dengan konflik Suriah, tidak sedikit. Tetapi khusus dalam persoalan
sekarang, tak satupun yang mau "berteriak". Singkatnya para pemimpin
kita baik yang formal maupun infomal tak satupun yang mau
"berkeringat".Semua diam, semua cari aman. Seakan dampak negatif dari
perang Suriah bagi Indonesia tidak ada sama sekali. Seolah perang saudara
memang hanya masalah internal, rakyat Suriah.Kalangan pemerintah maupun
masyarakat umum yang diwakili para pegiat perdamaian, diam seribu bahasa seakan
perang saudara Suriah hanya masalah perebutan kekuasaan yang diakibatkan oleh
ketidak puasan masyarakat terhadap elit yang korup.
Akibatnya tidak ada upaya
diplomasi maksimal begitu pula tak ada pengerahan relawan oleh pegiat
perdamaian untuk membantu wanita dan anak-anak serta orang-orang renta yang
menjadi korban dari perang Syria.Satu hal lagi yang penting dianstisipasi,
konflik Suriah, jika terus bereskalasi, dalam arti dukungan asing terhadap
pihak oposisi terus menguat, hal ini dapat menyebabkan meletusnya perang
terbuka antara Israel dan Iran.Penyebabnya, Iran dan Israel sudah dalam posisi
"siaga". Kalau yang tidak dikehendaki oleh Iran, diganggu oleh
Israel, negara pimpinan Ahmadinejad ini akan langsung bereaksi.Iran sejak awal
sudah secara terang-terangan menyatakan, jika ada yang mengganggu Suriah,
negara itu tidak akan diam. Peringatan Iran itu, secara implisit maupun
eksplisit jelas ditujukan kepada Israel.
Sementara pekan lalu, Israel pun
secara sengaja sudah menyerang salah satu wilayah Suriah. Sekalipun serangan
itu tidak secara terbuka diakui oleh Israel, tetapi para intelejen dari
berbagai kalangan mengakui adanya serangan tersebut. Sekalipun serangan itu
kabarnya hanya ditujukan kepada sebuah rombongan, tetapi rombongan yang
dimaksud adalah kelompok yang didukung Iran.Rombongan itu dikabarkan sedang
membawa suplai senjata dari Iran menuju Lebanon Selatan. Di Lebanon, Iran
mendukung kelompok Hisbullah yang sudah puluhan tahun terlibat perang dengan
Israel. Jadi serangan tersebut dapat diartikan sebagai gangguan Israel terhadap
Iran.
Antara Suriah dan Israel sendiri
terdapat konflik wilayah yaitu Dataran Tinggi Golan. Di perbatasan itu, Israel
memantau setiap gerak Suriah, khususnya yang menuju ke Libanon Selatan, tempat
dimana kelompok Hisbullah bermarkas.Suriah yang berbatasan langsung dengan
Israel, pada 1967 terlibat dalam peperangan sengit. Dalam perang itu Israel
berhasil merebut Dataran Tinggi Golan. Kawasan yang merupakan salah satu daerah
tersubur di wilayah Timur Tengah itu karena ada pepohonan seperti di daerah
tropis serta menjadi pusat pengembangan berbagai produk pertanian, hingga
sekarang tetap dikuasai Israel.
Israel sekalipun mendapatkannya
melalui perang, tetapi belakangan mengklaim Dataran Tinggi Golan sebagai salah
satu wilayah yang memiliki status "Tanah Perjanjian" atau tanah yang
dijanjikan sang Pencipta kepada Israel.Untuk memperkuat status itu, Israel
mengerahkan sejumlah arkeolog, menggali berbagai tanah dan bebatuan sebagai
alat bukti bahwa Dataran Tinggi Golan dulunya, ribuan tahun sebelumnya
merupakan salah satu pusat pemukiman bangsa Yahudi. Sehingga dalam konteks
perdebatan, cara Israel mengklaim kepemilikan Dataran Tinggi Golan, nyaris sama
dengan apa yang dilakukannya atas wilayah Palestina.
Timbul pertanyaan, apa yang menyebabkan
Indonesia diam seribu bahasa dalam menghadapi konflik Suriah? Padahal sesuai
amanat konstitusi bahwa Indonesia harus berperan aktif dalam menciptakan dan
menjaga perdamaian dunia.Apakah para pelaksana kebijakan di kalangan birokrat
sudah melupakan amanat konstitusi atau semata-mata keterbatasan kemampuan atau
karena kualitas kepemimpinan Indonesia di forum internasional semakin tergerus?
Semoga tidak demikian.
III.2. Penyebab Konflik di Syria
Negara Suriah modern didirikan usai Perang
Dunia Pertama, yaitu setelah mendapatkan kemerdekaannya dari Perancis pada
tahun 1946. Pasca meraih kemerdekaannya, Suriah kerap diguncang oleh gejolak
serta kudeta militer, yang sebagian besar terjadi antara periode 1949-1971.
Kemudian antara periode 1958-1961, Suriah bergabung dengan Mesir membentuk
perserikatan yang dikenal dengan RPA (Republik Persatuan Arab). Perserikatan
itu berakhir karena terjadinya kudeta militer di Suriah. Sejak tahun 1963
hingga 2011, Suriah terus memberlakukan UU Darurat Militer, sehingga dengan
demikian sistem pemerintahannya pun dianggap oleh pihak barat tidak demokratis.
Presiden Suriah adalah Bashar
al-Assad, yang telah mengambil tampuk pemerintahan dari ayahnya Hafez al Assad
dengan penunjukan secara aklamasi. Serta telah berkuasa di negara itu mulai
tahun 2000. Sejak era perang dingin, Suriah terkenal dengan kekuatan militernya
di kawasan, dan identik dengan julukan Rusia Timur Tengah. Hal itu berkat
kedekatan hubungan Suriah dengan Rusia, sehingga kerap mendapat suplai senjata
modern dari negara digdaya itu. Alasan ini jualah yang membuat Israel sedikit
segan untuk melakukan perang frontal menghadapi Suriah dalam persengketaan
Dataran Tinggi Golan. Di samping itu, Suriah menjadi tumpuan beberapa negara
kawasan dalam menyelesaikan konflik militer yang sering terjadi di Timur
Tengah.
Fakta membuktikan, bahwa sebagian
besar negara Arab adalah aliansi abadi blok Barat, yang dinakhodai langsung
oleh Amerika Serikat sebagai kekuatan Super Power tunggal dunia. Keberadaan
kekuatan militer Suriah di kawasan tentu saja menjadikan mereka jengah, karena
dianggap sebagai kekuatan lawan. Tidak jarang, beberapa kasus sebelumnya sudah
pernah diangkat untuk merontokkan Suriah terutama presidennya, namun semuanya
gagal.
Terpaan Badai Arab Spring 2011 (
Badai Musim Semi Arab 2011), yang telah merontokkan beberapa kekuatan besar di
negeri Arab. Ternyata dimanfaatkan dengan sangat baik oleh pihak-pihak yang
berkepentingan. Padahal sebelumnya, presiden Suriah Bashar al Assad dengan
sangat optimis telah mengungkapkan, bahwa badai Musim Semi Arab tidak akan
menerpa Suriah, karena rakyat Suriah secara umum telah memperoleh hak-hak
mereka secara adil, jadi tidak ada alasan bagi rakyat Suriah untuk melakukan
revolusi di negara tersebut.
Namun, kesempatan emas itu
nampaknya tidak disia-siakan oleh pihak-pihak tertentu. Terbukti dengan
merebaknya amunisi perlawanan rakyat yang dimotori oleh kelompok minoritas di
negera tersebut. Yang menurut informasi dari pejabat Suriah, mereka pihak yang
berkepentingan sengaja mendukung kelompok minoritas untuk melakukan perlawanan
demi suksesnya target jahat dalam menghancurkan Suriah dari dalam.
Sehingga kelompok negara-negara
Arab yang selama ini bersebrangan dengan Suriah, yang memang telah mendominasi
Liga Arab tersebut. Mendorong lembaga tertinggi negara-negara Arab itu untuk
membekukan keanggotaan Suriah, serta menyerahkan kasus Suriah kepada Dewan
Keamanan PBB untuk segera diselesaikan secara internasional.
Selanjutnya, hal ini pulalah yang
membuat Rusia dan Cina sebagai mitra abadi semakin tidak nyaman di kursinya.
Karena mereka merasa termasuk kelompok yang paling dirugikan berkaitan dengan
masalah Suriah, jika putusan DK PBB itu disahkan. Yang pada akhirnya berujung
pada jatuhnya veto dari kedua negera adidaya tersebut.
Dari pertikaian dua kelompok
penguasa dunia ini, yang paling menderita adalah rakyat Suriah sendiri. Mereka
adalah pihak pertama yang merasakan langsung imbas dari pertarungan sengit saat
ini. Sehingga, seorang ibu harus rela melihat anaknya meregang nyawa tanpa
sebab. Seorang isteri harus mampu menahan isak dan dendam karena suami
tercinta dieksekusi tanpa kesalahan yang dibuat. Bahkan, ribuan anak-anak yang
tidak berdosa tiba-tiba menjadi yatim piatu. Sebenarnya inilah yang menjadi
tanggungjawab kita saat ini. Yaitu menyelamatkan nyawa anak manusia yang tidak
berdosa, dan menyelamatkan rakyat Suriah dari keserakahan dua kekuatan dunia.
BAB IV
STUDI KASUS
Sebagian kaum muslimin belum
memahami bagaimana sejatinya latar belakang konflik Suriah yang telah melewati
lebih dari dua tahun ini. Hal ini karena sebagian tokoh Islam menyebut konflik
Suriah hanyalah perang sektarian. Namun, hal tersebut dibantah oleh Ustad Abu
Haris, Lc, dalam Tabligh Akbar bertajuk: Konflik Suriah Dampak Kesesatan
Aqidah Syiah, di masjid Darussalam, Kotawisata Cibubur, Bogor, Selasa
(12/3).
Menurut dia yang juga aktif di
Forum Indonesia Peduli Suriah (FIPS) ini, konflik Suriah adalah konflik
ideologi, bukan konflik sektarian seperti yang diyakini sebagian orang.
“Konflik Suriah adalah konflik
ideologi, terutama ahli sunah dengan Syiah Nushairiyah,” sebutnya dengan suara
lantang.
Karena itulah, dai berjenggot
tebal ini mengingatkan kaum muslimin Indonesia agar memperkuat akidah. Sebab,
Syiah memiliki Grand Strategy mensyiahkan negeri-negeri kaum muslimin ahli
sunah. Mereka memiliki rencana besar yang dikenal dengan sebutan Bulan Sabit
Syiah, yang membentang antara Iran sampai Suriah. Di antara targetnya ialah
menguasai dan menghancurkan Kakbah, kiblat kaum muslimin.
Seperti dijelaskan, sejarah
mencatat, Syiah Nushairiyah telah melakukan banyak pengkhianatan terhadap kaum
muslimin. Ibnu Kasir, seperti dikutip oleh dai sekaligus relawan Suriah ini,
menyebutkan dalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah bahwa 696 H, membantu jalur
masuk Pasukan Tatar untuk merebut benteng kaum muslimin di Damaskus, Suriah.
Jatuhnya benteng ini ke tangan musuh tidak lepas dari peran penganut pemahaman
sesat Syiah Nushairiyah.
Tahun 709 Hijriah, kaum Syiah
membantu Tentara Salib membantai kaum muslimin di Aleppo. Dan masih banyak lagi
pengkhianatan yang lain.
Sebenarnya, jumlah penganut Syiah
Nushairiyah di Suriah hanya sedikit, tetapi mengapa mereka bisa berkuasa
di tengah-tengah mayoritas ahli sunah? Lagi-lagi, seperti dijelaskan oleh
pemateri, mereka berkuasa sebagai hasil dari pengkhianatan terhadap kaum
muslimin. Pada tahun 1920 M, penjajah Prancis memasuki Suriah dengan bantuan
para pengkhianat tersebut. Merekalah yang membuka jalur bagi Prancis untuk
menjajah Suriah. Pada masa inilah muncul tokoh yang diagung-agungkan oleh Syiah
Nushairiyah yang bernama Sulaiman Al-Mursyid.
Di akhir sesi, Ustad Haris
menyebutkan kisahnya saat bertemu dengan saksi mata yang hidup pada masa Hafiz
Assad, ayah Bashar Assad. Hafiz Assad, mendapatkan kekuasaan setelah mengadakan
transaksi dengan Zionis. Zionis kala itu mau mendukungnya dengan dua syarat,
pertama, mengakui eksistensi negara Israel dan kedua, memberangus aktivis
dakwah Islam yang berupaya mengembalikan Yerusalem ke tangan kaum muslimin.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dapat di katakan memang dampak buruk di
negara –negara syam ini sangat menjadikan
titik media untuk membuat opini publik internasional,karena publik terus
mensorot kegentingan di negri syam ini, dari segi HAM jelas sekali benar-benar
melanggar karena dari pihak oposisi atau pemerintah saling melakukan kekerasan,
intimidasi dan perlakuan keji. Tetapi yang paling parah adalah pihak militer
pemerintah yang melakukan pembunuhan besar-besaran yakni terutama anak-anak.
Lalu tentang konflik yang sudah
berkepanjangan ini seakaan-akan tidak ada kedamaian di negri syam ini.
Sebagaimana kita tau keadaan di suriah kini sangat mencekam, sebagian
masyarakat suriah mengungungsi di negara tetangga seperti lebanon, jordania,
arab saudi dan turki. Karena sebagian masyarakat ada peduli dengan revolusi dan
juga ada yg tidak peduli dengan revolusi di suriah hanya mementingkan
keselamatan keluarga.
Solusi yang di pertimbangkan oleh
pihak barat memang ada sedikit kongkretnya,
Kalaupun ada saran harusnya Liga
Arab ataupun OKI juga andil dalam penyelesaian konflik. begitu pun Para
diplomat Indonesia yang digadangkan ikut andil dalam musyawarah di Janewa,
Swiss untuk menyelesaikan konflik di suriah, karena dampak buruk goncangan
regional, global, ekonomi di timur tengah ini sangatlah memperihatinkan.
DAFTAR
PUSTAKA
George Lenczowski, Timur Tengah di Tengah
Kancah Dunia, Sinar Baru Algensindo, Bandung,
1992, hal 199.
http://vianlouis.blogspot.com/2013/09/makalah-konflik-suriah.html